Surga Pertanian di Ujung Sumatera: Menguak Potensi Emas Hijau Provinsi Lampung

Sektor pertanian di Lampung bukan hanya soal produksi, tapi juga masa depan. Dengan luas lahan, keberagaman komoditas, dan posisi strategis dekat pelabuhan, Lampung punya semua syarat menjadi pusat pertanian dan agroindustri nasional. Tinggal bagaimana sinergi antara petani, pemerintah, investor, dan anak muda dibangun.

Pixabay/rainerh11

EVENT LAMPUNG - Siapa sangka, di ujung selatan Pulau Sumatera, terbentang sebuah wilayah yang menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Provinsi Lampung bukan hanya dikenal karena wisata alam dan pantainya yang memesona, tapi juga karena potensi pertaniannya yang luar biasa besar. 

Dari kopi robusta terbaik hingga singkong yang menyokong industri nasional, Lampung adalah “surga pertanian” yang belum digarap optimal sepenuhnya.

Kopi, Lada, dan Singkong: Komoditas Emas dari Lampung

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung tahun 2023, provinsi ini menyumbang lebih dari 17% produksi kopi nasional, khususnya kopi robusta dari wilayah Tanggamus, Lampung Barat, dan Way Kanan. Aromanya kuat, rasanya khas, dan mulai menarik perhatian pasar dunia.

Selain kopi, lada hitam dari Lampung juga sangat terkenal. Bahkan, jenis lada ini telah lama menjadi komoditas ekspor andalan sejak era kolonial Belanda. Sementara itu, singkong atau ubi kayu, menjadi bahan baku utama industri tapioka, bioetanol, hingga pangan olahan.

Berperan Penting dalam Ketahanan Pangan Nasional

Tak hanya komoditas ekspor, Lampung juga berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Daerah ini menyuplai beras, jagung, dan hortikultura ke banyak wilayah di Indonesia. Salah satu lumbung padi terbesar berada di Kabupaten Lampung Tengah dan Tulang Bawang.

Data Dinas Pertanian Provinsi Lampung menyebutkan produksi jagung pada tahun 2023 mencapai 2,9 juta ton, menjadikan Lampung sebagai salah satu penghasil jagung terbesar nasional, khususnya untuk suplai pakan ternak.

Potensi Ekspor dan Agroindustri

Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, Lampung berhasil mengekspor hasil pertaniannya ke lebih dari 30 negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan negara-negara Timur Tengah.

Namun, yang lebih menjanjikan adalah potensi hilirisasi produk pertanian. Belum banyak komoditas yang diolah menjadi produk bernilai tambah di daerah asal. Padahal, pengembangan industri pengolahan kopi, olahan singkong, hingga hasil hortikultura bisa menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan nilai ekonomi petani lokal.

Meski potensinya besar, sektor pertanian Lampung masih menghadapi sejumlah tantangan. Mulai dari akses pasar yang belum optimal, infrastruktur jalan tani yang masih minim, hingga persoalan regenerasi petani yang menurun karena anak muda enggan turun ke ladang.

Direktur Eksekutif Lembaga Advokasi Pertanian Indonesia (LAPI), Erwin Darmawan, mengungkapkan bahwa “Lampung memiliki kekayaan alam yang luar biasa, namun perlu kebijakan yang pro petani dan insentif teknologi agar sektor ini tumbuh lebih pesat dan inklusif.”

Pertanian Modern dan Peluang Investasi

Pemerintah Provinsi Lampung melalui program “Smart Agro Lampung” mencoba mendorong modernisasi pertanian dengan memperkenalkan sistem pertanian presisi, digitalisasi distribusi hasil tani, dan kemitraan dengan swasta.

Bahkan, pada 2024 lalu, pemerintah telah mengundang lebih banyak investor masuk ke sektor pertanian, khususnya pada subsektor hortikultura dan agroindustri. Program ini menjadi harapan baru untuk mengakselerasi pertanian Lampung agar tak hanya menjadi penghasil, tetapi juga pemilik rantai nilai.

Previous Post Next Post